Kartini Hari Asih menjadi pelaku usaha kecil menengah (UKM) handicraft pada tahun 2010. Dia aktif menjadi pengurus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kampungnya.

Biasanya dia melayani pesanan, ikut pameran atau bazar. Suatu ketika, Kartini diajak bergabung dengan Pahlawan Ekonomi. Ikut pelatihan membuat kain bordir dari limbah kain perca. Hasil f=dari pelatihan dia terpkan di rumah.

Bermodal Rp 1 juta, Kartini mulai membuat berbagai tas dari kain perca. Kebetulan di lingkungannya banyak ibu-ibu penjahit namun kesulitan mengolah limbah sisa kain jahitan yang mereka kerjakan.

Kegiatan tersebut dilakukan selama setahun. Pada 2011, Kartini membeli mesin bordir dan menambah mesin jahit. Dia juga memekerjakan tiga orang yang dibayar dengan hitungan produk jahitan.

Kartini juga mulai membuat tas dari bahan jins dan kanvas. Didukung oleh mesin jahit dan alat-alat lain yang baru dibeli, ia dapat memproduksi hasil barang yang lebih bervariasi. Juga membuat tas dari bahan campuran jins dan kulit.

Tahun 2113, ketika ikut pameran, karya Kartini mencuri perhatian Anne Avantie, desainer ternama di Indonesia. Waktu, Anne Avantie datang dan memuji tas buatannya, lalu membelinya.

Dalam sehari Kartini mampu memproduksi tas bordir sekitar 40-50 buah. Kartini kini sudah memiliki 15 pegawai. Barang-barang produksinya ada  di berbagai mal di Surabaya. Di antaranya di Royal Plaza, BG Junction, dan sebagainya. Ada juga yang dipasarkan di Bandara Juanda dan beberapa sentra UMKM.

Sebulan, Kartini mampu meraup omzet Rp 45-50 jutaan. Kebanyakan transaksi dari online dan media sosial. Pembelinya bukan hanya dari Surabaya, ada yang dari Bali, Kalimantan, dan Jawa Barat.

Kartini juga dinobatkan sebagai Juara I Pahlawan Ekonomi Award 2015 Kategori Creative Industry. (*)