Nurmayanti memulai bisnis tahun 2011. Mulai dari nol. Setelah suaminya pensiun dari PLN. Saat itu, anak-anaknya masih bersekolah. Butuh banyak biaya. Pemasukan yang didapat dari dana pensiun suami saja tidak cukup,

Nurmayanti lantas membuka warung kopi (warkop). Di sana, dia juga menjual nasi bungkus. Saban hari, puluhan hingga ratusan nasi bungkus buatannya ludes terjual.

Dari promosi mulut ke mulut, kemudian mendapatkan pesanan. Dari nasi bungkus lantas meningkat menjadi nasi kotak. Jumlahnya juga terus bertambah.

Akhir 2011, Nurmayanti ikut pelatihan Pahlawan Ekonomi. Ketrampilan dia makin berkembang. Dia menambah varian menu kulinernya, yakni nasi bakar, nasi uduk, nasi kuning, nasi tumpeng, nasi kotak dan nasi tumpeng mini (tumini). Ditambah jajanan modern hingga jajanan khas Nusantara. Di antaranya, menu empek-empek, jelly cake dan lain sebagainya.

Selain melayani pesanan hajatan, dia juga memiliki pelanggan setia. Ada belasan instansi yang bergantian saban bulan pesan makan siang kepada dirinya. Dia juga melayani pesanan lewat Facebook dan Instagram. Hampir 60 persen order dia dapatkan via online.

Untuk produk nasi tumpeng dia bandrol Rp 400 ribu sampai Rp 800 ribu. Sedangkan untuk nasi kotak, nasi kuning dan tumini dibandrol Rp 15-30 ribu.

Berkat keuletan dan ketekunannya dalam mengembangkan usaha, Nurmayanti saat ini telah mampu meraup omzet hingga Rp 60 jutaan sebulan. Jika masuk bulan puasa, pesanan bisa meningkat hingga dua kali lipat. Untuk memenuhi permintaan pasar yang makin besar, dirinya dibantu enam orang. (*)