Banyak kisah yang tercecer dalam gelaran Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan yang berbarengan dengan Awarding Pahlawan Ekonomi & Pejuang Muda Surabaya 2018 pada 19 Desember 2017 lalu. Selain kerja keras hingga meraup omzet besar, banyak pelaku usaha yang mengalami kejadian lucu dan mengharukan.

Seperti yang dialami Chofiyah atau karib disapa Bu Jai. Perempuan 71 tahun itu, merupakan pelaku usaha paling senior di Pahlawan Ekonomi. Meski usianya tak muda lagi, Bu Jai bisa dibilang cukup sukses dan tak kenal menyerah. Dia masuk jajaran top sales Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan dengan meraup omzet Rp 5,56 juta.

“Kulit saya memang keriput, tapi jalannya bukan seperti siput. Alhamdulillah, saya mendapat berkah ikut bazar di Tunjungan,” ucap Bu Jai, saat meberikan testimoni di acara Launching Pahlawan Ekonomi & Pejuang Muda Surabaya 2018 di Kaza City Mall, Sabtu (6/1/2018).

Bu Jai mengaku banyak pengunjung di stannya tak percaya kalau dia bisa membuka usaha. Dia menduga karena mereka melihat sosok dirinya yang sudah nenek tapi bisa menjual produk kua Lapis Surabaya.

“Bener lho, Bu Risma. Ada wartawan yang sebelum mewawancarai saya sempat lihat dari bawah sampai atas. Mungkin dia gak percaya kue lapis Surabaya itu buatan saya. Mungkin saya dikira kulakan. Saya jelaskan kalau lapis Surabaya ini buatan saya sendiri,” ujar Bu Jai yang juga owner Dapur Flamboyan.

“Untungnya saya dibantu Mas Yudi (Agus Wahyudi, Humas Pahlawan Ekonomi, red). Mas Yudi yang meyakinkan para wartawan itu akhirnya mereka percaya,” imbuh perempuan yang tinggal di Bendul Merisi itu.

Wali Kota Tri Rismaharini yang hadir dalam acara itu terlihat tersenyum. Namun ia tak bisa menyembunyikan keharuannya. Matanya terlihat berkaca-kaca mendengarkan pengakuan Bu Jai.

Bu Jai menjadi satu dari sekian pelaku usaha Pahlawan Ekonomi yang kisahnya ditayangkan di televisi nasional. Ia tak sempat menonton acaranya. Dia diberitahu anaknya yang tinggal di Bandung. “Saya lagi masak kue saat itu, lalu ditelepon anaknya saya. Katanya saya masuk tipi. Eh, setelah saya lihat ternyata acaranya sudah buyar,” ucap Bu Jai.

Lain halnya dengan Nurul Hiyadati. Perempuan yang juga owner Prima Crispy ini mengaku seperti bermimpi mendapat omzet besar di event spektakuler itu. “Sungguh gak nyangka saya mendapat omzet segitu,” ujarnya.

Di arena Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan, Nurul berhasil meraup omzet Rp 19 juta lebih. Dia mengaku sampai menyiapkan tim khusus yang di rumah. “Siang hampir habis, saya ambil lagi dari rumah. Saya bagi yang julan di Tunjungan dan memasak di rumah,” terangnya.

Hal serupa juga dilakukan Diah Arfianti. Ia bolak-balik mengambil kue kering lantaran persediaan di arena acara hampir habis terjual. “Untungnya rumah saya di Jalan Ketandan, dekat Tunjungan. Jadi, kalau ada varian kue yang tinggal sedikit saya joki (tambah) lagi,” tutur owner Diah Cookies tersebut.

“Kebetulan saya juga banyak terima pesanan saat acara di Tunjungan itu. Jadi pembeli bisa langsung membawa pulang kue pesanannya,” timpal Diah, lalu tersenyum.

Diah Cookies juga masuk top salas Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Omzetnya tembus Rp 8,8 juta. “Buka jam 9 pagi sampai jam 9 malam dapat omzet segitu, wow,” katanya, semringah. (wh)