Resign bekerja di toko kue, enam bulan lalu, menemukan berkah dengan merintis usaha. Itulah yang dirasakan Sri Marilin. Perempuan pelaku usaha Surabaya, owner Ting-Ting Handicraft

“Saya lebih nyaman menjadi pelaku usaha ketimbang pegawai yang jam kerjanya diatur. Dan lagi, perusahaan itu kini mengontrak saya untuk membuat produk kuet tart,” kata kepada enciety.co di rumah yang sekaligus menjadi bengkel produksinya, di Jalan Jambangan 1A, Surabaya, Rabu (26/2/2020).

Kata dia, dengan waktu yang banyak dimiliki, sekarang bisa fokus mengembangkan usaha  Marilin memulai usaha handicraft sejak bergabung Pahlawan Ekonomi. Saat itu, dia diajak sahabat karibnya, Aries Kurniawati, owner Cizkrezz. Dia lebih dulu bergabung di program pemberdayaan masyarakat yang digagas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini itu.

“Waktu itu, saya ingin mengembangkan hobi membuat aksesoris. Kebetulan saya tanya Aris Kurniawati, sahabat saya semasa kuliah. Dia menyarankan saya ikut pelatihan di Kaza City Mall setiap minggu. Alhmdulillah, setelah itu saya niat menekuni hal ini,” cetus alumnus Tata Busana Fakultas Teknik Unesa 1998, itu.

Marilin memiliki produk bervariasi. Ada sandal hias, dompet koin, dompet sepatu, tas lukis sulam, dan lain sebagainya. Untuk harga, Marilin mematok produknya mulai dari Rp 8 ribu sampai Rp 400 ribu.

“Untuk dompet koin ini harganya Rp 8 ribu. Yang paling mahal tas lukis, harganya Rp 400 ribu,” tegas Perempuan kelahiran Kediri 24 Februari 1980 itu.

Menurut dia, banyak tantangan dihadapi saat memulai usaha. Diantaranya ia pernah dibohongi salah satu rekanannya. Kala itu, ada beberapa produk yang dibawa temannya untuk dipasarkan. Karena sudah kenal dan sering ambil, saya biarkan untuk dijual lagi.

“Jumlahnya lumayan. Namun, setelah saya tunggu 2-3 bulan tidak ada kabar lagi. Ya saya tidak ambil pusing. Mungkin bukan rezeki saya. Begitu saja,” ujar Marilin, lantas tersenyum.

Marilin menganggap cobaan yang dihadapi merupakan bahan bakar yang dapat membuatnya semangat menjalankan usaha. Hasilnya, Marilin mampu mengembangkan usahanya.

Marilin memakai dua strategi pemasaran. Yakni, menitipkan produknya di sentra-sentra UKM milik Pemerintah Kota Surabaya. Diantaranya Sentra UKM Siola di Jalan Tunjungan, Sentra UKM Kebun Binatang Surabaya (KBS) dan lain sebagainya. Yang terakhir, pada Februari tahun ini, produknua masuk Mirota Batik, salah satu gerao ternama di Surabaya.

Dia juga memasarkan produknya di dunia digital. Lewat Facebook dan Instagram. “Alhamdulillah, saat ini banyak transaksi yang sudah saya dapat dari dunia digital,” ungkap istri Andik Indrarto (47) itu.

Marilin mengaku dalam produksi dibantu dua orang. Saat ditanya apa yang menjadi cita-citanya ke depan, Marilin mengaku dia ingin memiliki galeri sendiri dan dapat menciptakan produk-produk handicraft aksesoris yang inovatif lainnya. Ya mudah-mudahan semua target saya itu bisa tercapai di 2020 ini,” harapnya. (wh)